Latest

Wednesday, November 07, 2018

Sabah tea garden under Mount Kinabalu - Sabah, Malaysia

Sabah tea garden under Mount Kinabalu - Sabah, Malaysia.

Indeed, Allah is with the patient

Indeed, Allah is with the patient.

Amazing free kick from Faiz Subri from Malaysia - the winner of FIFA Puskas Award 2016



---

Alfalah Consulting KL: www.alfalahconsulting.com
Islamic Investment: www.islamic-invest-malaysia.com

Unit Amanah Islam: www.unit-amanah-islam.blogspot.my

Anna Ruby Falls - Georgia, USA



---

Alfalah Consulting KL: www.alfalahconsulting.com

Amazing rainbow in Madinah



---

Alfalah Consulting KL: www.alfalahconsulting.com

Change for the better

Change for the better.

Be the type of person you want to meet

Be the type of person you want to meet.

Pelaburan patuh Syariah bersama PMB INVESTMENT

DANA-DANA PATUH SYARIAH PMB INVESTMENT 🇲🇾


● PMB INVESTMENT menguruskan 15 dana Patuh Syariah yang dilaburkan dalam pasaran Malaysia dan ASEAN.


● PMB INVESTMENT adalah syarikat pengurusan dana Islam (IFMC) dengan sejarah peniagaan bermula sejak 1967.


● Boleh melabur secara Tunai atau Skim Pelaburan Ahli KWSP (akaun 1).


● 5 dana PMB Investment mencatatkan jumlah pulangan 1 tahun (2017) yg cemerlang seperti pada 31 Disember 2017.


Jumlah pulangan 1 tahun - 2017:

1. PMB Shariah Growth Fund : 32.8% 

2. PMB Shariah Small-Cap Fund : 32.8%

3. PMB Shariah Premier Fund : 29.1%

4. PMB Shariah Aggressive Fund : 29.1%

5. PMB Shariah Dividend Fund: 23.4%


Sumber: Lipper for Fund Management


ALHAMDULILAH

☆☆☆☆☆


Jika berminat melabur dlm dana-dana patuh Syariah PMB INVESTMENT Berhad atau ingin menjadi perunding, sila hantarkan pesanan (whatsapp) ke www.wasap.my/60192348786 dgn menulis:


Pelabur/Perunding_Nama_Umur_Lokasi


Contoh: Pelabur Ahmad Ali 30 KL


Ahmad Sanusi - Pengurus Agensi/Perunding

PMB Investment Berhad

(Ahli kumpulan Pelaburan MARA Berhad)

Kuala Lumpur 

🌐 www.pmbinvest.com.my


Sejak 1967...51 tahun


"Pengalaman Kami. Keyakinan Anda"


 *Prestasi lepas bukanlah jaminan prestasi masa depan sesuatu dana unit amanah.

Doa Mohon Kebaikan Dunia dan Akhirat


"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka".

(Quran, Sutah Al-Baqarah, ayat 201)

Aamiin.

Makna makruh

Hukum dalam islam (Hukum Taklifi) ada 5 iaitu Wajib, Sunnah, Mubah, Makruh, Haram. Diantara kelima hukum tersebut, ada hukum yang diremehkan oleh sebahagian manusia yaitu MAKRUH.

Jika sesuatu sudah disepakati hukumnya MAKRUH oleh para ulama, sering kali diabaikan dan dianggap tidak mengapa jika dilanggar dengan perkataan ‘Tidak apa apalah, kan makruh, tidak haram’.


Mari kita bahas apa sebenarnya makna MAKRUH menurut Syari’at.

Secara bahasa makruh ertinya (perkara yang) dibenci/dimurkai.

Dalam istilah ulama fekah MAKRUH bermakna perbuatan yang tidak berdosa orang melakukannya dan mendapat pahala orang yang meninggalkannya (dengan niat mengikuti syari’at kerana Allah).


Secara umum MAKRUH memiliki makna:

1. Makruh bermakna dibenci/dimurkai, seperti seperti dalam firman Allah QS Al-Isra' 17:38

كُلُّ ذَلِكَ كَانَ سَيِّئُهُ عِنْدَ رَبِّكَ مَكْرُوهاً

Ertinya: “Semua itu kejahatannya amat dibenci di sisi Tuhanmu”.

Kata makruhan (مَكْرُوهاً) atau dibenci dalam ayat di atas artinya diharamkan.

2. Makruh bermakna sesuatu yang dilarang dengan ringan (tanzih)

3. Makruh bermakna meninggalkan yang utama (tarkul aula)

4. Makruh bermakna perkara yang terjadi perbezaan (khilaf/ikhtilaf) ulama dalam keharamannya

Majoriti ulama (jumhur) menganggap makruh itu satu atau tanpa dibagi, akan tetapi menurut sebagian ulama Makruh itu dibagi menjadi 2 iaitu Makruh Tahrim & Makruh Tanzih.

Makruh tahrim adalah perkara yang dilarang oleh syariah dengan larangan yang pasti (haram) dengan dasar dalil yang dzanni (praduga/anggapan) seperti dalilnya berasal dari hadits Ahad atau qias.

Seperti hadits riwayat Muslim, Nabi bersabda: Orang muslim tidak halal membeli barang yang dibeli saudaranya dan tidak melamar wanita yang dilamar saudaranya (sesama muslim) kecuali setelah meninggalkannya Hadits ini adalah hadits Ahad yang tingkat kepastiannya bersifat dzanni.

Makruh tanzih adalah perkara yang dituntut untuk ditinggalkan tapi dengan perintah yang tidak/kurang tegas. Makruh tanzih lawan dari sunnah/mustahab/mandub. Seperti larangan Nabi untuk bersedekap (memasukkan jemari salah satu tangan ke jemari tangan yang lain) di dalam masjid.

Nabi bersabda : Apabila salah seorang dari kalian berwudhu, sempurnakanlah wudhunya. Kemudian, apabila ia keluar menuju Masjid dengan sengaja, maka janganlah ia bersidekap, atau, mempersilangkan jari jemari, kerana saat berjalan itu ia berada dalam shalat.

Perbedaan antara makruh tahrim dengan makruh tanzih adalah makruh tanzih adalah makruh yang lebih dekat ke arah boleh sedang makruh tahrim adalah makruh yang lebih dekat ke arah haram.

Kebalikan dari makruh tanzih adalah sunnah. sedangkan kebalikan dari makruh tahrim adalah (lebih dekat kepada) wajib.

Perbedaan antara haram dan makruh tahrim menurut madzhab Hanafi adalah kalau haram adalah larangan yang berasal dari dalil yang pasti (qath'i) sedang makruh tahrim adalah larangan dengan dalil yang bersifat dzanni tapi lebih dekat kepada haram daripada kepada makruh.

Menurut madzhab Malik, Syafi'i dan Hanbali makna umum dari makruh (karahah) adalah makruh tanzih kecuali ada penjelasan lain yang mengatakan makruh tahrim.

Dalam madzhab Hanafi, makna makruh/karahah secara umum adalah haram (makruh tahrim) kecuali kalau dijelaskan bahwa ia makruh tanzih.

Setelah mengetahui makna-makna makruh di atas. Dapat disimpulkan bahwa :

1. Melakukan perkara yang makruh berarti melakukan sesuatu yang dibenci oleh ALLAH dan Rasulnya meskipun ketika melakukannya tidak mendapat dosa.

2. Perkara yang makruh adalah perkara yang dapat merosak jiwa, jika perkara tersebut adalah makanan maka dapat merosak kesihatan.

3. Orang-orang yang tingkat keimanannya tinggi (sâbiqun bil-khairât) akan berusaha menghindari perkara-perkara makruh.


Wallahu ta’ala a’lam.

Mulai saat ini mari berusaha menghindari perkara-perkara yang makruh

Offer tahajjud prayer at night

Tahajjud is an honour. It feels like He choose you to be with Him. He hand pick you among all of His creations. To listen to you while you pour your heart out before Him. Even if you don’t speak, He knows. If you don’t know how and where to start, He knows.


"Offer Tahajjud Prayer at night: this is an additional prayer for you. That time is not far when your Lord may exalt you to a laudable position." (Quran, 17:79)

 

وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا


Imagine the love and mercy He has for you, that He gives you this chance of being His guest. To elevate your ranks, to grant you His forgiveness and to grant you the best for which He has kept for only His chosen ones. So try to be with Him. Look for the signs of divine invitation. Leave everything for this sacred conversation. And be His guest of honor.


This is how one of the great scholar and Imam who was also known as Muhaddith, Ibn At’aillah Al Iskandari Rahimahullah explains,

"When He gives, He shows you His kindness; when He deprives, He shows you His power. And in all that, He is making Himself known to you and coming to you with His gentleness."


#Tahajjud #Quran #AlQuran #SurahAlIsra #Surah17

Hijab, Islamic modest dressing for women

What is hijab? The word "hijab" comes from the Arabic "hajaba," which means to conceal or hide from view. In general terms, it refers to Islamic modest dressing for women. But it has come to signify the headscarf, which is the covering many Muslim women use to hide their hair, neck, and often bosom. What does Islamic dress for women exactly entail? 


Islam has no fixed uniform of dress for Muslim women. But there are two requirements, which come from the Qur’an and hadith (verified sayings of the Prophet Muhammad): First, a woman’s body should be covered such that only her face, hands, and feet are revealed. Secondly, the clothing must be loose enough so that the shape of a woman’s body is not visible. Other parameters (as stated in hadiths) are that women shouldn’t dress so as to look like men, women shouldn’t dress in a way similar to those who don’t believe in God, and the clothing should be modest, neither ragged nor overly fancy. It is important to remember that Islam teaches Muslims that the concept of modest dress doesn’t just mean covering the body, but it also has to do with behaviors, manners, speech, and public appearance.


Modesty is a total package, with dress being one part of it. Why is covering the head important? Strictly speaking, covering the hair is just one part of a Muslim woman’s dress. Covering all other parts of the body (except for the face, hands, and feet) is also important. But as women around the world adapt Islamic dressing to the fashions of their country, more and more it is the hijab, or headscarf, that is constant and marks a woman as a Muslim. Is covering up mandated by the Qur’an? Hijab and modest dressing is mandated in the Qur’an.


A few passages in the Qur’an refer to an Islamic dress code: "Say to the believing man that they should lower their gaze and guard their modesty; that will make for greater purity for them; and Allah is well acquainted with all that they do. And say to the believing women that they should lower their gaze and guard their modesty; and that they should not display their beauty and ornaments except what must ordinarily appear thereof; that they should draw their veils over their bosoms and not display their beauty except to their husbands, their fathers, their husbands' fathers, their sons, their husbands' sons, their brothers or their brothers' sons, or their sisters' sons, or their women, or the slaves whom their right hands possess, or male servants free of physical needs, or small children who have no sense of the shame of sex; and that they should not strike their feet in order to draw attention to their hidden ornaments ..." (Qur'an 24:30-31). 


This verse highlights three points:

That a woman shouldn’t show her beauty except when faced with uncontrolled factors, like the wind blowing her clothes; that the headscarf should cover the hair, neck, and the bosom; and that women need not cover up in front of certain men (husbands, fathers, sons, etc.). 


Further hadiths give other details.

One of the most quoted is the following: “Ayesha reported that Asmaa, the daughter of Abu Bakr came to the Messenger of Allah (SWT) while wearing thin clothing. He approached her and said, ‘O Asmaa! When a girl reaches the menstrual age, it is not proper that anything should remain exposed except this and this.’ He pointed to the face and hands.” (Hadith reported by Abu Dawood)


#Hijab #Islamicdress #Muslimdress

Upcoming Events on Islamic Finance, Wealth Management, Business, Management, Motivational Alfalah Consulting, KL-Malaysia: www.alfalahconsulting.com

Please Join my facebook's fan page