Monday, January 21, 2013

Amal-amal Yang Dicintai Allah



Diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu ia berkata aku bertanya kepada Rasulullah s.a.w “Amal apa yang paling dicintai Allah Azza Wajalla? beliau menjawab “Shalat tepat pada waktunya”. Aku bertanya kemudian apa lagi? beliau menjawab “Berbuat baik terhadap kedua orangtua”. Aku bertanya kemudian apa lagi? beliau menjawab “Jihad fi sabilillah”. Ia berkata demikian Rasulullah s.a.w mengabarkannya kepadaku seandainya aku meminta tambahan nescaya beliau menambahkannya”.
Hadith di atas menjelaskan kedudukan dan tingkatan amal di sisi Allah Ta’ala. Amal yang dimaksud oleh hadis itu adalah amal badani sebab amal yang afdhal dan paling dicintai Allah adalah beriman kepada-Nya hal ini berdasarkan hadis Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu bahwasanya seseorang telah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, amal apakah yang paling afdhal? beliau menjawab”Iman kepada Allah dan Rasul Nya“. Ditanyakan kemudian apa lagi? beliau menjawab “Jihad di jalan Allah“. Ditanyakan lalu apa lagi? beliau menjawab “Haji mabrur“.
Dengan demikian kedua hadith yang menerangkan amal paling afdhal tersebut tidak bertentangan sebab masing-masing berdiri menurut konteksnya. Perlu diketahui pula ada beberapa hadith yang menerangkan keutamaan amal akan tetapi tidak sama urutannya dengan hadith di atas. Untuk mendudukkan hal tersebut Ibnu Hajar berkomentar “Dalam menjelaskan perbedaan jawapan Rasulullah ketika ditanya tentang amal yang paling utama para ulama menerangkan bahawasanya perbezaan jawapan tersebut berdasarkan perbezaan kondisi para sahabat yang bertanya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengajarkan kepada tiap kaum sesuai dgn apa yang mereka perlukan dan sukai. Jihad misalnya pada permulaan Islam adalah amal yang paling utama sebab jihad merupakan wasilah untuk melakukan berbagai amal tersebut. Di samping itu banyak nash-nash yang menjelaskan bahawa shalat lebih afdhal daripada zakat tetapi dalam kondisi sangat diperlukan dan genting, zakat bisa menjadi lebih utama“.
Di antara dalil yang menguatkan bahawa terdapat derajat dan tingkatan amal di sisi Allah adalah sabda Rasulullah “Iman itu ada 73 cabang yang paling tinggi adalah kalimah La Ilaha Illallah dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri dari jalan dan malu adalah termasuk cabang dari iman“.
Hadith yang sedang kita bahas ini juga menguatkan adanya sifat cinta bagi Allah. Dalam hal ini aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah lah yang menetapkan sifat-sifat bagi Allah secara haqiqi seperti apa yang ditetapkan oleh Allah terhadap diri-Nya sendiri. Di dalam Al-Qur’an terdapat 43 kali sifat cinta yang dinisbatkan kepada Allah Ta’ala di antaranya adalah “.. dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik“. . “.. sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakkal“. . “.. maka sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertakwa“. . “.. sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat adil“. dan lain sebagainya.
Sebagai bentuk keadilan Allah maka Dia tidak mencintai orang-orang bukan muslim, para pemboros orang-orang yang melampaui batas para perosak orang-orang yang zalim dan lain-lain. Di samping itu banyak hadith yang menegaskan bahawa Allah memiliki sifat cinta. Di antaranya hadis dari Ibnu Abbas bahawa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berkata kepada Abdullah bin Qais “Engkau mempunyai dua sifat yang dicintai Allah iaitu penyayang dan sabar“.
Meskipun kita mengetahui bahawa Allah memiliki sifat cinta tetapi tidak dibenarkan mempertanyakan bagaimana wujudnya sebab jawapannya di luar batas pengetahuan manusia demikian pula halnya dengan sifat-sifat Allah yang lain.
Keutamaan suatu amal atas amal yang lain sebagaimana penjelasan hadith di atas memang disebabkan bahawa amal tersebut lebih utama menurut asalnya.  Tetapi keutamaan amal itu atas lainnya terkadang bergeser disebabkan sesuatu hal seperti oleh perubahan waktu dan keadaan. Banyak contoh yang bisa menjelaskan hal ini. Bertasbih dan menyucikan Allah misalnya ia lebih utama daripada istighfar tetapi pada saat jiwa bergetar hebat kerana perasaan dosa maka istighfar lebih utama. Bahkan terkadang suatu amal yang utama menjadi makruh kerana perbezaan situasi dan kondisi seperti bau mulut. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam membenci mulut yang berbau ketika berada di suatu masa tetapi pada saat lain baginda bersabda “Sungguh.. bau mulut orang yang sedang berpuasa itu lebih wangi di sisi Allah daripada aroma minyak kasturi“.
Demikian pula dengan rendah hati kepada sesama muslim ia merupakan hal yang utama sebab Allah tidak menyukai orang yg sombong lagi membanggakan diri. Tetapi sombong dan membanggakan diri ketika menghadapi musuh dan untuk menghinggapkan rasa takut di hatinya adlah termasuk hal yang utama.
Dalam masalah yang penting ini Ibnul Qayyim menjelaskan “Membaca Al Qur’an lebih utama daripada dzikir sedangkan dzikir lebih utama daripada do’a” jika masing-masing dipandang secara berdiri sendiri. Tetapi amal yang lebih rendah keutamaannya terkadang bisa menggeser kedudukan amal yang lebih afdhal darinya hal itu seperti bertasbih dalam ruku’ dan sujud.
Bertasbih ketika ruku’ dan sujud lebih utama daripada membaca Al Qur’an pada keduanya bahkan membaca Al Qur’an ketika ruku’ dan sujud dilarang. Demikian pula bertasbih setelah selesai shalat lebih utama daripada membaca Al Qur’an pada waktu yang sama menjawab azan dan menirukan ucapan muazin adalah lebih utama daripada membaca Al Qur’an meskipun kita mengetahui bahawa Al Qur’an lebih utama atas semua perkataan manusia sebagaimana keutamaan Allah atas segenap makhluk-Nya tetapi masing-masing ungkapan dan ucapan terdapat maqam dan tempatnya sendiri-sendiri.
Jika pada suatu maqam dan keadaan terdapat ungkapan dan perkataan khusus tetapi justeru ia mengeluarkan ungkapan dan perkataaan yang lain maka hikmah dan maslahah yang dicari menjadi hilang dan tidak berpihak kepadanya.
Hal lain seperti orang yang melalaikan membaca Al Qur’an dan zikir kerana ketika melakukan keduanya ia tidak bisa khusyu’ kemudian ia berdo’a dan hatinya bisa penuh tunduk dan khusyu’ hanya kepada Allah maka ketika itu do’a lebih bermafaat bagi dirinya meski secara asal membaca Al Qur’an dan zikir lebih utama dan lebih besar pahalanya daripada berdoa. Dan tentu berbeza antara keutamaan sesuatu yang sejak awal memang melekat pada dirinya dgn keutamaan sesuatu kerana sebab-sebab luar masing-masing mesti diberi sesuai dengan haknya.
Segala sesuatu harus ditempatkan betul pada tempatnya. Termasuk dalam bab ini adalah bahawa surah Al Ikhlas sama dengan sepertiga Al Qur’an. Meskipun demikian surah tersebut tidak menyamai ayat-ayat mawaris thalaq khulu’ dan lainnya pada saat ayat-ayat tersebut diperlukan. Ayat-ayat tersebut tentu lebih bermanfaat daripada membaca surah Al Ikhlas.
Hal-hal seperti inilah yang sayugianya diketahui oleh setiap muslim dalam masalah keutamaan amal sehingga ia tidak melalaikan amal yang kurang utama kerana mengejar amal yang utama.  Jika demikian maka iblislah yang beruntung merenggut keutamaan itu.
Pentingnya shalat tepat pada waktunya. Yang dimaksud shalat disini adalah shalat fardhu. Shalat amat agung fadhilah dan pahalanya ia merupakan rukun Islam yang kedua setelah syahadat. Shalat adalah tiang agama agama tidak akan bisa tegak berdiri kecuali dengan menegakkan dan mendirikan shalat. Allah berfirman “.. dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari keji dan munkar“.
Jika suatu umat menegakkan shalat maka mereka akan ditunjuki pada jalan kebaikan dan akan hilang kekejian dan kemunkaran dari mereka. Perintah mendirikan shalat dan menjaganya banyak kita dapatkan dalam Al Qur’an seperti dalam 2:238, 5:12, 11:114, 17:78, 20:14, 31:17 dan banyak lagi yang lainnya.
Bagi lelaki hendaknya memelihara dan melakukan shalat dengan berjamaah di masjid. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah bersabda “Barangsiapa mendengar azan tetapi tidak mendatangi maka tiada shalat baginya kecuali krn ada uzur“.
Perintah mendirikan shalat dengan berjamaah atas kaum lelakii juga berdasarkan hadith riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu yang menceritakan seorang buta yang memohon keringanan dari Nabi untuk tidak berjamaah kerana tiada seorangpun yang menuntunnya ke masjid namun ketika ia mengaku mendengar azan lantas Nabi mencabut keringanan itu kembali.
Shalat adalah termasuk pelebur dosa yang paling agung. Dari Abu Hurairah ia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Tahukah kalian jika di depan pintu salah seorang kalian terdapat sungai lalu ia mandi di dalamnya lima kali tiap hari apakah masih tersisa kotoran daripada-nya?” Mereka menjawab “Tidak akan tersisa sedikitpun kotoran dari padanya“. “Sesungguhnya para munafik itu menipu Allah dan Allah membalas tipuan mereka. Apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya, di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali“.
Besok pada hari kiamat shalat adalah amal yang pertama kali dihisab. Dari Abu Hurairah ia berkata Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya amal seseorang yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik maka ia benar-benar beruntung dan berhasil tetapi jika shalatnya rosak maka ia benar-benar merugi.  Jika dari shalat fardhunya ada sesuatu yang kurang, maka Allah berfirman “Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah sehingga dengannya shalat fardhunya disempurnakan?. Kemudian seluruh amalnya dihisab“.

---
Consultant-Speaker-Motivator: www.ahmad-sanusi-husain.com 
Alfalah Consulting - Kuala Lumpur : www.alfalahconsulting.com
Islamic Investment Malaysia: www.islamic-invest-malaysia.com
Pelaburan Unit Amanah Islam: www.unit-amanah-islam.com

No comments:

Post a Comment